Monday, February 23, 2015

Kisah Sebatang Pohon Apel dan Seorang Anak

nasehat, pohon apel, sayangi orang tua, hikmah

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel yang besar dan seorang anak bernama Sen Chung yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Dia senang memanjatnya hingga ke puncak pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran pada keteduhan rindang daun-daunnya. Dia sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel itu sangat mencintainya.
Waktu terus berlalu. Sen Cung kini telah tumbuh dewasa dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari dia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

'Ayo ke sini bermain-main lagi denganku', pinta pohon apel itu.
'Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi', jawabnya. 'Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya'.

Pohon apel itu menyahut, 'Duh, maaf aku tak punya uang, tetapi kau boleh mengambil semua apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu'. Sen Chung sangat senang. Dia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan suka cita. Namun, setelah itu Sen Chung tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari Sen Chung datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. 'Ayo bermain-main denganku lagi', kata pohon apel.

'Aku tak punya waktu, aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?' katanya.

'Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua rantingku untuk membangun rumahmu', kata pohon apel. Kemudian, Sen Chung menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat Sen Chung senang, tapi Sen Chung tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, Sen Chung datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. 'Ayo bermain-main lagi denganku', kata pohon apel.

'Aku sedih, Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal pesiar?' tanyanya.

'Duh maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah', kata pohon apel itu. Kemudian, Sen Chung memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Dia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya Sen Chung datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
'Maaf, anakku', kata pohon apel itu. 'Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu'.

Lalu Sen Chung menjawab, 'Tak apa, aku pun sudah tak memiliki gigi lagi untuk menggigit buah apelmu'.
'Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat' kata pohon apel.

'Sekarang aku sudah terlalu tua untuk itu' jawab Sen Chung.
'Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini', kata pohon itu sambil menitikkan air mata.

'Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang', kata Sen Chung. 'Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu'.
'Oh, bagus sekali. Tahukah kamu, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang', kata pohon apel. Sen Chung lalu berbaring di pelukan akar-akar pohon apel. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Gan, ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau hanya dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Agan-agan mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sekian, Sedikit cerita yang dapat saya share. Semoga membuat pembaca semuanya sadar akan pentingnya jasa orang tua, sebagai tempat kita berbagi rasa suka dan duka. Jangan Lupa untuk Sering-sering Berkunjung ke Blog ini ya ^^

Sumber:http://www.kaskus.co.id/post/51a1da9f4f6ea13913000001#post51a1da9f4f6ea13913000001

Continue Reading
No comments
Share: