Tuesday, August 2, 2016

Mengapa Orang Menikah ?

Tulisan ini sebagai Nasehat Bagi Anda yang Belum Menikah Maupun yang Sudah Menikah 
nasehat menikah, nasehat islam, membangun cinta, renungan nikah

MENGAPA ORANG MENIKAH ?

Karena mereka jatuh cinta.
Mengapa rumah tangganya kemudian bahagia ?
Apakah karena jatuh cinta ?
Bukan...
Tapi karena mereka terus membangun cinta.

Jatuh cinta itu gampang, dalam 10 menit juga bisa.
Tapi membangun cinta itu susah sekali, perlu waktu seumur hidup...

Mengapa jatuh cinta gampang ?
Karena saat itu kita buta, bisu dan tuli terhadap keburukan pasangan kita.
Tapi saat memasuki pernikahan, tak ada yang bisa ditutupi lagi.
Dengan interaksi 24 jam per hari 7 hari dalam seminggu, semua belang tersingkap...
Di sini letak perbedaan jatuh cinta dan membangun cinta. Jatuh cinta dalam keadaan menyukai.

Namun membangun cinta diperlukan dalam keadaan jengkel, cinta bukan lagi berwujud pelukan, melainkan berbentuk itikad baik memahami konflik dan ber-sama2 mencari solusi yang dapat diterima semua pihak.

Cinta yang dewasa tak menyimpan uneg2, walau ada beberapa hal peka untuk bisa diungkapkan seperti masalah keuangan, orang tua dan keluarga atau masalah sex..
Namun sepeka apapun masalah itu perlu dibicarakan agar kejengkelan tak berlarut.

Syarat untuk keberhasilan pembicaraan adalah kita bisa saling memperhitungkan perasaan. Jika suami istri saling memperhatikan perasaan sendiri, mereka akan saling melukai. Jika dibiarkan berlarut, mereka bisa saling memusuhi dan rumah tangga sudah berubah bukan surga lagi tapi neraka.

Apakah kondisi ini bisa diperbaiki ?
Tentu saja bisa, saat masing2 mengingat KOMITMEN awal mereka dulu apakah dulu ingin mencari teman hidup atau musuh hidup. Kalau memang mencari teman hidup kenapa sekarang malah bermusuhan ??

Mencari teman hidup memang dimulai dengan jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, porsi terbesar adalah MEMBANGUN CINTA. Berarti mendewasakan cinta sehingga kedua pihak bisa saling mengoreksi, berunding, menghargai, tenggang rasa, menopang, setia, mendengarkan, memahami, mengalah dan bertanggung jawab.

Mau punya teman hidup ?
Jatuh cintalah....
Tetapi sesudah itu.. bangunlah cinta... Jagalah KOMITMEN awal.

1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak2 kita.
Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak2 kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua si gadis, tapi meminta kepada ALLAH SWT melalui wali si gadis.

3. KETIKA MENIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan negara, tetapi menikah di hadapan ALLAH SWT.

4. KETIKA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tetapi juga semak belukar yang penuh onak & duri.

5. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.

6. KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK
Jangan membagi cinta anda kepada suami/isteri dan anak Anda, tetapi cintailah isteri atau suami Anda 100% & cintai anak2 Anda masing2 100%.

7. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.

8. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai & lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

9. KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.

10. KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orang tua, yang ada adalah anak yang merasa TIDAK DIDENGARKAN oleh orang tuanya.

11.KETIKA ADA 'PIL/ Pria Idaman Lain.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

12. KETIKA ADA 'WIL/ Wanita Idaman Lain.
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

13. KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

14. KETIKA INGAT LANGGENG & HARUS GUNAKANLAH FORMULA 7K
1. Ketakutan akan ALLAH SWT
2. Kasih sayang
3. Kesetiaan
4. Komunikasi dialogis
5. Keterbukaan
6. Kejujuran
7. Kesabaran
Meskipun kita telah menikah dengan orang yang benar (tepat), tetapi kalau kita memperlakukan orang itu secara keliru, maka kita akhirnya akan mendapatkan orang yang keliru. Kebahagiaan dalam sebuah pernikahan tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan.Tidak cukup hanya dengan memilih & nikah dengan orang yang tepat, tetapi jadilah pasangan yang TEPAT, & perlakukan pasangan dengan TEPAT pula.

Kita juga harus yakin kalau kita tidak salah memilih pasangan hidup. Kalau ALLAH SWT sudah ijinkan pernikahan itu terjadi, maka itu berarti DIA mempercayakan tanggung jawab rumah tangga itu kepada kita dan pasangan kita. Berbuatlah sesuai dengan apa yang telah engkau janjikan di hadapan ALLAH SWT untuk setia & saling menyayangi dalam segala keadaan.

MENIKAH DENGAN ORANG YANG BENAR (ATAU SALAH), ITU TERGANTUNG DARI "CARA" KITA MEMPERLAKUKAN PASANGAN.

Padahal ketika satu jari tunjuk kepada orang lain, empat jari yang lain mengarah ke diri sendiri. Jangan suka menghakimi tetapi kita harus saling mengasihi. Pernikahan adalah tiket 1x jalan, jadi pastikan bersama pasangan kita menuju tempat yang lebih baik dari saat ini.

Pernikahan adalah tempat  dimana kita dituntut menjadi dewasa & salah satu tanda dewasa adalah SIAP memikul tanggung jawab. Pernikahan bukan masalah feeling suka tidak suka, tetapi tentang KOMITMEN untuk saling melengkapi satu dengan yang lain karena kalian saling membutuhkan.

Masalah biasanya karena kita tidak memahami  perbedaan pria & wanita.
Jangan menuntut pasangan untuk berubah, KITA lah yang harus berubah lebih dulu.
Ingat.........
Better me = Better we.

3 KESALAHAN UMUM SUAMI :
1. Tidak perhatikan perasaan istri.
Laki lebih pakai logika , wanita pakai feeling.
2. Fokus memikirkan solusi daripada mendengarkan.
Wanita biasanya ingin didengarkan, dia ingin suami ikut merasakan apa yg dia rasakan.
3. Seringkali setelah bicara, suami pergi tanpa beri kepastian / jawaban.

3 KESALAHAN UMUM ISTRI :
1. Memberi petunjuk tanpa diminta.
Mungkin bagi istri menunjukkan perhatian tapi bagi suami merasa dikontrol.
2. Mengeluh tentang suami di hadapan orang lain.
3. Mencoba membenarkan pada saat suami lakukan kesalahan. (istri merasa lebih benar)

Berkomitmen lah seperti  ini :
1. Untuk tetap berpacaran.
2. miliki sexual intimacy regularly.
3. untuk saling bantu (jangan kritik pasangan).
4. Untuk punya romantic get away (liburan berdua)
5. komunikasi dengan jelas (saling cerita, terbuka, jangan biasakan bilang tidak dapat apa2 -- bila ada apa2, pasangan kita bukan dukun)
6. Bicarakan hal2 yang baik tentang pasangan (puji pasangan)
7. Untuk Jadi  pribadi yang lebih sehat dari sebelumnya. (Fisik yang sehat adalah kado buat pasangan)
8. Untuk  mudah mengampuni pasangan.
9. Untuk bergandengan tangan  & berpelukan.
10. Untuk hidυp dalam kebenaran.

*****************

10 Hukum PERNIKAHAN BAHAGIA :
1. Jangan marah pada waktu bersamaan
2. Jangan berteriak pada waktu yang bersamaan.
3. Jikalau bertengkar cobalah mengalah untuk menang.
4. Tegurlah pasangan dengan kasih.
5. Lupain kesalahan masa lalu.
6. Boleh lupain yang lain tapi jangan melupakan ALLAH SWT & pasanganmu
7. Jangan simpan amarah sampai matahari terbenam
8. Seringlah beri pujian pada pasangan.
9. Bersedia mengakui kesalahan.
10. Dalam Pertengkaran, yang paling banyak bicara, dialah yang salah.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
PERNIKAHAN YANG BAHAGIA BUTUH JATUH CINTA❤ BERULANG-ULANG 😍

Semoga bermanfaat ^^

Continue Reading
No comments
Share:

Renungan : Yang Penting Mental Bukan Gelar

Share Pengalaman  Prof Dermawan Wibisono, Mahasiswa Teknologi Informasi angkatan 1984 yang sekarang menjadi dosen SBM ITB.
renungan online, nasehat, pengalaman, pendidikan mental

Cerita beraawal saat mendapat beasiswa ke Australia 1995, mahasiswa Indonesia sempat diinapkan 3 malam di rumah penduduk di suatu perkampungan untuk meredam shock culture yang dihadapi. Saya bersama dengan kawan dari Thailand menginap di Balarat, di peternakan seorang Ausie yang tinggal suami istri bersama dengan anak tunggalnya. Luas peternakannya kira-kira sekecamatan Arcamanik, dengan jumlah sapi dan dombanya, ratusan, yang pemiliknya sendiri tak tahu secara pasti, karena tak pernah menghitungnya dan sulit memastikannya dengan eksak.

Suatu sore saya terlibat perbincangan dengan anak tunggalnya di pelataran rumah di musim panas yang panjang, di bulan Janauari 1995.
Aussie : "Why so many people form your country take a PhD and Master degree here?"
Saya  : "Why not? Your country give a grant, not loan, for us? So, it is golden opportunity for us to get higher degree. Why you just finish your education at Diploma level, even it is free for Aussie to take higher degree?
Aussie : "I don't need that degree, my goal is just to get a skill how to make our business broader. Now I am starting my own business in textile and convection, so I just need the technique to produce it, not to get any rubbish degree "
Dua puluh tahun kemudian saya masih termenung, berusaha mencerna fenomena yang terjadi di negeri ini. Begitu banyak orang tergila-gila pada gelar doktor, profesor, sama seperti tahun 1970an ketika banyak orang tergila-gila pada gelar ningrat RM, RP, GKRH.
Dan tentu orang yang berusaha mendapatkan gelar itu tak terlalu paham dengan substansi yang dikandung dalam gelar yang diisandang. Pernah dengan iseng kutanyakan kepada supervisorku di Inggris sana, saat mengambil PhD:
"Why don't you take a professor?" tanya saya lugu kepada supervisorku yanng belum profesor padahal Doktornya cumlaude dan sudah membimbing 10 doktor baru.

Dengan serta merta ditariknya tangan kanan saya. Ditatapnya mata saya tajam-tajam.
"Look," katanya dengan muka serius:
 " *..Professor is not a status symbol or level in expertise, but professor is mentality, is a spirit, is a way of life, is a wisdom, so get it, is just the matter of time if you have ready for all requirements... But have you ready with the consequence of it?*"

Dan profesor saya lebih cepat, saya dapatkan dari pembimbing saya yang arif dan bijaksana itu. Merenungi dua kejadian itu, semakin saya sadari, bahwa Indonesia memiliki segala sumber daya untuk maju, tapi mentality lah yang menjadi kendala utama.

*_Social sciences dan social behaviour menjadi hal terpenting dalam study yang harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan IQ, EQ dan SQ yang tinggi. Dan celakanya, sudah lama kadung diyakini di sini bahwa ilmu eksakta lebih sulit dari pada non exacta. Dan persyaratan masuk jurusan non exacta yang di Australia butuh IELTS 7.5 dibandingkan dengan engineering yang hanya butuh 6.0, berbanding terbalik dengan yang diterapkan di sini. Akibatnya, negara menjadi amburadul karena yang banyak mengatur negara dan pemerintahan bukanlah orang yang memilki kemampuan untuk itu._*

Dari mana mesti mulai membenahi hal ini?
Pendidikan dasar dan Pendidikan Tinggi. Seperti Finlandia yang pendidikannya termasuk terbaik di dunia. Guru-guru di sana merupakan profesi terhormat dengan pemenuhan kebutuhan diri yang mencukupi. Jadi guru didapatkan dari the best of class dari level pendidikan yang ditempuh. Sehingga penduduk Finlandia sudah hampir 100% memiliki degree Master. Bukan didapatkan dari pilihan kedua, pilihan ketiga, atau daripada tidak bekerja.

Melihat acara Kick Andy beberapa hari lalu: Nelson Tansu dan Basuki, sebagai tamu undangan, adalah contoh konkrit, dua orang expert Indonesia yang qualified yang bekerja di negara USA dan Swedia, dan mereka tergabung dalam 800 orang expert Indonesia yang diakui di luar negeri dan bekerja di luar negeri. Artinya Indonesia bisa, Indonesia memiliki kemampuan. Yang menjadi masalah adalah how to manage them in Indonesia environment? How we arrange them, how to make synergy between government, industry, university to bring Indonesia together to be world class?

Melihat management pemerintahan yang amburadul?
Tidak usah susah-susah menganalisis dengan integral lipat tiga segala. Lihat saja satu spek sederhana: gaji Presiden yang 62.5 juta dan gaji menteri yang 32.5 juta dibandingkan dengan gaji direktur BUMN dan lembaga keuangan yang mencapai lebih dari 100 juta per bulan, itu sudah kasat mata, bahwa menentukan gaji saja sudah tidak memperhatikan: range of responsibility, authority, impact to the Indonesia society, dan sebagainya, apalagi menentukan yang lain. Semua asal copy paste dari luar tanpa melihat esensi yang dikandungnya.

Aku termenung, mengingat pembicaranku dengan ayahanda saat kelulusanku dulu 26 tahun yang lalu. Kepada beliau kuutarakan niatku untuk merantau ke luar negeri, dan apa jawab beliau:
*_"Tidak usah pergi, kalau semua anak Indonesia yang pintar ke luar negeri, siapa nanti yang akan mendidik orang Indonesa sendiri?"_*

Kini aku tergulung dalam idealisme, aktualisasi diri, dan kepatuhanku kepada orang tua.

*_"Hal yang paling kutakuti dalam hidup adalah jika dipimpin oleh orang-orang yang tidak sidiq, amanah, tabliq, fathonah. Dan terutama dipimpin oleh orang yang tidak lebih pandai, sehingga semuanya jadi kacau. Dan kekacauan terjadi di mana-mana, dalam berbagai level."_*

*_Renungan dan kegusaran seorang prof ITB_*

Continue Reading
No comments
Share: